Senin, 16 Mei 2016

Numpang ngepos cerpen buatan ane, gan. Maklum kalo belum bagus. Kalo bisa beri saran dan kritik.

1  Rasa = Rasa  1

KRIIING…..
KRIIINGGGG….
KRIIIIIIIIINNGGG….
Suara  alarm  dari  jam  tidur  yang  ia  pasang  membangunkan  dirinya.  Membangunkannya  dari  dunia  mimpi  yang  ia  alami.  Segera  ia  bangun  dari  tempat  tidurnya,  lalu  menyingkap  sehelai  kain  yang  menjadi  tirai  kamarnya.
“Sudah  pagi  ternyata,  aku  harus  segera  bersiap-siap.”
Mungkin  waktu  pagi  baginya  dan  bagi  kebanyakan  orang  agak  berbeda,  pagi  baginya  lebih  dianggap  terlalu  pagi  bagi  kebanyakan  orang.  Dari  jendela  kamarnya  terlihat  bahwa  hari  masihlah  gelap,  mentari  belum  menunjukan  sinarnya,  dan  ayam  jantan  juga  belum  berkokok.  Namun,  terbangun  di  waktu  seperti  ini  merupakan  sebuah  kebiasaan  baginya.  Kebiasaan  yang  ia  bawa  dari  tempat  ia  menuntu  ilmu  saat  sekolah  menengah  pertama.  Segera  ia  pergi  untuk  mengambil  air  wudlu  dan  memulai  rutinitas  paginya.

……
“Zakia,  semua  sudah  siap?  Ini  hari  pertamamu  bersekolah  di  sini  kan?”
“Iya  mi,  insyaallah  semuanya  sudah  Zakia  siapkan.”
“BAguslah  kalau  begitu.”
“Kalau  begitu  Zakia  berangkat  dulu  ya,  mi.  Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam,  hati-hati  di  jalan  ya  nak.”
“  Iya,  ummi.” 
Ya,  namanya  adalah  Zakia,  Zakia  purbandini  lebih  tepatnya.  Ia  adalah  seorang  gadis  yang  berasal  dari  keluarga  yang  tidak  berkekurangan.  Dimata  teman-temannya  ia  adalah  seorang  gadis  yang  sangat  baik,  seorang  gadis  yang  rajin  beribadah,  suka  menolong,  dan  juga  sangat  dermawan.  Hari  ini  merupakan  hari  pertama  ia  bersekolah  di  sekolah  barunya,  sekolah  yang  berada  di  kampung  halamannya.  Sekolah  baru  untuk  mengejar  mimpi.
Ia  berjalan  menuju  sekolah  barunya,  terlihat  banyak  remaja-remaja  lain  yang  berjalan  seperti  dirinya,  mungkin  mereka  juga  merupakan  siswa  baru  seperti  dirinya.  Dalam  hati  ia  bertanya,  mungkinkah  ia  dapat  bertemu  teman-temannya  yang  dulu  di  sekolah  baru?  Mungkinkah  teman-temannya  merupakan  salah  satu  dari  remaja-remaja  itu?  Mungkinkah  mereka  masih  mengingat  dirinya?  Atau  mungkin  ia  harus  mengulang  dari  awal?  Mencari  teman-teman  baru  di  sekolah  yang  baru?  Apapun  itu  ia  berharap  ia  dapat  menjalani  pendidikannya  di  sekolah  baru  dengan  baik.  Walau  sebenarnya,  ia  masih  berharap  untuk  melanjutkan  sekolahnya  di  sekolah  yang  dulu,  dengan  teman-teman  semasa  sekolah  menengahnya  yang  dulu.  Namun  apa  daya,  ini  adalah  keinginan  orang  tuanya.  Orang  tuanya  ingin  agar  Zakia  tak  jauh  dari  mereka.  Dan  sebagai  anak  yang  berbakti,  sebisa  mungkin  ia  berusaha  membahagiakan  orang  tuanya.
Tak  terasa  Zakia  telah  sampai  di  sekolah  barunya.  Saat  ia  sampai,  telah  banyak  siswa  lain  yang  ada  di  sekolah.  Dengan  langkah  perlahan,  Zakia  mulai  memasuki  ruangan  tempat  ia  menempa  ilmu  untuk  1  tahun  ke  depan.  Zakia  memasuki  runag  kelasnya,  sekilas  ia  mengarahkan  pandangannya  ke  sekeliling  ruangan.  Siswa-siswa  lain  hanya  memandangnya  beberapa  saat,  sebelum  kembali  pada  kesibukan  mereka.  Diletakkannya  tas  miliknya  ke  salah  satu  kursi  di  kelas  itu.  Dari  tempat  duduknya  di  bagian  belakang  kelas,  ia  mulai  mengamati  dengan  seksama  siapa  saja  yang  ada  di  ruangan  itu.  Banyak  dari  mereka  yang  tidak  Zakia  kenal,  namun  ia  melihat  beberapa  teman  masa  kecilnya  juga  ada  di  kelas  yang  sama  dengannya.  Zakia  melihat  seorang  remaja  pria  yang  sedang  bersenda  gurau  dengan  teman-temannya.  Zakia  tau  benar  remaja  pria  itu,  salah  seorang  teman  masa  kecilnya  dulu  ,  walau  mungkin  ia  telah  lupa  akan  dirinya.  Bel  sekolah  tiba-tiba  berbunyi,  menyadarkan  Zakia  dari  lamunannya.  Tak  Zakia  sadari,  bahwa  wali  kelasnya  telah  berada  di  depan  kelasnya.
“Assalamu’alaikum  Wr.Wb,”  sang  wali  kelas  memberi  salam.
“Wa’alaikumsalam  Wr.Wb,”  para  murid  menjawab  dengan  sangat  antusias.
“Baiklah  anak-anak,  perkenalkan  nama  bapak…....
……
Beberapa  hari  telah  berlalu,  kini  Zakia  telah  mulai  beradaptasi  dengan  sekolah  barunya.  Zakia  juga  telah  mendapat  teman-teman  baru  di  tempatnya  bersekolah.
‘’PING’’
Zakia  buru-buru  membuka  ponselnya,  sebuah  pesan  singkat  dari  nomer  tak  dikenal.  Sebuah  salam  tertulis  di  layar  ponselnya.  Dahi  Zakia  berkerut,  ia  bingung,  siapakah  yang  mengirim  pesan  itu?  Zakia  pun  bertanya  kepada  sang  pengirim  siapa  dirinya.  Zakia  semakin  bingung,  sang  pengirim  mengaku  sebagai  Rudi,  seorang  teman  satu  kelas  yang  baru  Zakia  kenal  beberapa  hari.  Zakia  berpikir,  dari  manakah    Rudi  mendapatkan  nomer  ponselnya?  Dan  kenapa  Rudi  menghubunginya?  Zakia  bertambah  bingung  ketika  Rudi  bertanya  tentang  keadaan  salah  seorang  teman  lamanya.  Dari  mana  Rudi  tahu  tentang  teman  lamanya?  Itulah  yang  ada  di  benak  Zakia  pada  saat  itu.  Jika  Rudi  merupakan  teman  lamaya  Zakia  masih  dapat  memahaminya.  Atau  jangan-jangan……ternyata  tebakan  Zakia  benar,  akhirnya  sang  pengirim  pesan  mengaku  bahwa  dirinya  adalah  Ahmad,  salah  satu  teman  masa  kecilnya  dulu.  Hati  Zakia  terasa  berbunga-bunga,  ia  merasa  senang  sekali,  ternyata  teman-temannya  masih  mengingat  dirinya.  Dan  sejak  saat  itu,  persahabatannya  dengan  Ahmad  mulai  terajut  kembali.  Hubungan  sahabat  yang  lebih  kuat  dari  saat  masa  kecil  dulu.
……
‘KAU  ADALAH  BUNGA  HATIKU’
Kalimat  itu  tertulis  dengan  jelas  di  layar  ponselnya,  sebuah  kalimat  yang  dikirim  oleh  salah  seorang  teman  masa  kecilnya.  Bukan,  bukan  Ahmad  yang  mengirimnya  orang  lain  yang  mengirimnya.  Seorang  teman  lain  semasa  kecilnya.  Mungkin  jika  ia  mengirim  pesan  itu  1  hari  yang  lalu,  Zakia  akan  merasa  bagai  diatas  awan.  Tapi  tidak,  tidak  untuk  sekarang  dan  seterusnya,  tidak  setelah  Zakia  mengetahui  bagaimana  Agus  yang  sesungguhnya.  Ya,  pengirim  pesan  tersebut  adalah  Agus,  salah  satu  teman  Zakia  dimasa  sekolah  dasar  dan  sekolah  menengah  pertama,  dan  sepertinya  Agus  juga  sekolah  ditempat  yang  sama  dengan  Zakia  sekarang.  Dulu  Zakia  memiliki  sebuah  rasa  kepada  Agus,  dulu  di  mata  Zakia  Agus  merupakan  seorang  pemuda  yang  baik,  pemuda  yang  taat  dan  rajin  dalam  beribadah.  Namun  sekarang  berbeda,  Zakia  sudah  tidak  punya  perassan  apa-apa  padanya,  bahkan  bias  dibilang  bahwa  Zakia  membencinya.  Mungkin  kalian  bertanya,  kenapa  Zakia  membenci  Agus?  Jawabannya  simple,  Zakia  telah  ditembak  oleh  Agus.  Mungkin  bagi  banyak  orang  ditembak  merupakan  sesuatu  yang  menggembirakan,  namun  tidaka  akan  demikian  jika  ditembak  oleh  orang  yang  sudah  punya  kekasih.  Lebih  tidak  menyenangkan  lagi  jika  dilabrak  oleh  kekasih  dari  orang  tersebut.  Dan  itulah  yang  dialami  Zakia,  walaupun  ia  tidak  benar-benar  dilabrak  oleh  pacar  Agus.  Namun  itu  telah  mencerminkan  bagaimana  diri  Agus  yang  sebenarnya,  seseorang  yang  tidak  setia,  orang  yang  hanya  dapat  mengumbar  janji  palsu.  Ingin  rasanya  Zakia  menangis,  Zakia  tak  dapat  lagi  menahan  itu  semua,  rasa  sedih  dan  amarah  yang  ingin  ia  keluarkan.  Dan  malam  itu,  Zakia  tidur  dengan  air  mata  membasahi  pipinya.
……
“Neng, Akang bener-bener cinta sama Eneng, Eneng mau gak jadi pacar Akang?”
“Aku memang sayang sama kamu, tapi maaf saya tidak bisa menjadi pacarmu.”
“Tapi Neng, Akang-“
“Udah Gus, ayo kita pergi aja, acara sudah mau mulai tuh,”
Dan dengan itu, Agus dan temannya pergi dari kediaman Zakia. Malam itu mereka singgah ke kediaman Zakia. Dimana Agus menyatakan perasaannya secara langsung pada Zakia. Namun tentu saja Zakia menolaknya dengan cara halus, sesuai pribadi Zakia yang tidak mau menyakiti perassaan orang lain. Walau sebenarnya dalam hati Zakia benar-benar tidak suka kepada Agus. Bisa-bisanya Agus menembak Zakia secara langsung, lalu ia kemanakan kekasihnya? Padahal kekasih Agus juga merupakan teman lamanya, Zakia  jadi merasa tidak enak padanya.
PING
Ponsel Zakia berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Ternyata sebuah pesan singkat dari Ahmad. Melihat pesan itu, tanpa sadar sebuah senyuman mulai mengembang di wajah Zakia. Mungkin malam ini tidak akan berakhir seburuk yang Zakia pikirkan…
……
Beberapa hari ini mood Zakia dalam kondisi yang baik sekali, Zakia merasa tidak ada lagi beban masalah di pundaknya. Agus telah mulai menjauh dai Zakia. Dan  Zakia telah bercerita tentang masalahnya dengan Agus kepada Ahmad. Dan untungnya Ahmad mau memberi nasihat untuk segala masalah yang Zakia hadapi. Dan kini Zakia mulai memiliki sebuah perasaan untuk Ahmad. Zakia tidak tau perasaan apa itu, namun Zakia suka dengan perasaan itu. 1 rasa yang membuatnya ingin tersenyum setiap saat. 1 rasa yang membuatnya seperti memiliki kupu-kupu yang berterbangan di hatinya. 1 rasa yang membuatnya tidak  bisa tidur saat malam. 1 rasa yang masih amat asing baginya. Namun merupakan 1 buah rasa yang ingin selalu Zakia miliki. 1 rasa yang ingin Zakia rasakan setiap saat.
Malam itu, Zakia memutuskan untuk menyapa Ahmad terlebih dahulu. Dan seperti biasa Ahmad pun membalas pesannya. Malam itu ada sesuatu yang aneh dari pesan singkat Ahmad, pesannya lebih panjang dan terlihat lebih energetik dari pada biasanya. Mungkin ada sesuatu yang ingin Ahmad katakana? Tanpa menunggu lama Zakia mengetahui alasannya.
Aku mau nembak seseorang.
Melihat kalimat itu, Zakia merasa seperti disambar petir. Tubuhnya terasa kaku, tangannya terasa sangat sulit untuk digerakkan. Entah kenapa, Zakia ingin menangis, hatinya seperti teriris-iris oleh sebuah pisau. Rasanya perih sekali, tak terasa air mata membasahi pipinya. Dicampakannya ponsel yang sedari tadi ia pegang, tak dihiraukan olehnya pesan dari Ahmad. Zakia lebih memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur, dan menangis, mengeluarkan segala rasa sedih yang ia miliki.
……
Hari itu, Zakia telah bersiap-siap untuk pergi dengan Ahmad. Bukan, bukan untuk berkencan dengan Ahmad, tapi untuk menemani Ahmad membeli sesuatu untuk orang yang Ahmad suka. Dalam hati sebenarnya Zakia merasa sangat sedih sekali, melihat, bahkan membantu Ahmad membeli sesuatu untuk seseorang yang bukan dirinya. Seseorang yang Ahmad tidak mau memberitahukan siapa, walau Zakia telah bertanya kepada Ahmad. Zakia iri kepada orang yang Ahmad suka, orang yang bias membuat seorang seperti Ahmad jatuh hati padanya. Orang yang mampu membuat Ahmad merasa nervous hanya dengan berada dekat dengannya.  Zakia benar-benar ingin mengetahui siapa orang itu, tapi Zakia harus bersabar, hari itu Ahmad berjanji akan mempertemukan Zakia dengan orang yang Ahmad suka.
Hati Zakia semakin merasa sedih, tapi juga semakin penasaran. Ia dan Ahmad tengah dalam perjalanan menuju rumah gadis yang Ahmad suka. Sebenarnya Zakia turut serta dengan berat hati, bagaimana tidak? Zakia akan melihat orang yang ia suka menyatakan perasaan pada orang lain. Sebuah cobaan yang sangat berat baginya, melihat Ahmad menyatakan perasaannya pada orang lain. Namun ada yang aneh, ditengah jalan tiba-tiba Ahmad berhenti dan mengatakan bahwa orang yang ia suka  ada acara mendadak. Dan mereka harus menunggu setengah jam untuk dapat bertemu dengannya. Zakia mulai merasa curiga, kenapa tiba-tiba sekali? Zakia merasa lebih curiga lagi ketika Ahmad meminta untuk berhenti terlebih dahulu di kediamannya. Namun rasa curiga itu langsung ia buang jauh-jauh. Tidak mungkin Ahmad merencanakan sesuatu yang tidak baik. Zakia pun pergi ke dapuur untuk menyiapkan sedikit hidangan untuka Ahmad. Namun, saat ia kembalike ruang tamu…
DEG.
Hati Zakia serasa berhenti berdetak, di depannya tersodor sebuah bunga mawar yang sangat cantik. Dan orang yang memegang bunga itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ahmad sendiri.
“Zakia, kau pasti mengerti apa yang ingin aku katakan. Maukah kau menjadi kekasihku?”
Zakia merasa senang sekali, saking senangnya ia hamper menjatuhkan nampan yang ia pegang. Kini ia mengerti perasaan apa yang ia rasakan. 1 rasa yang dulu dan kini ia rasakan. 1 rasa yang hanya ia miliki pada Ahmad, 1 rasa……………….Cinta.
“Bagaimana jawabanmu Zakia?”
“A-aku, aku-“
 


( Akhir cerita diserahkan pada pembaca) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar